KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim, segala puji hanya milik Alloh semata tiada Tuhan
yang berhak di sembah Selain Dia, Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan susah payah kami susun makalah ini, meluangkan waktu sedikit demi
sedikit hingga sampai pada titik akhir penyelesaian yang mungkin belum sempurna
ini, hanya dengan satu harapan semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca
sekalian.
Ucapan terima kasih kami kepada Dosen pembimbing DR. Hj. Romlah, M.Ag yang
telah membingbing dan mengarahkan kami jika terdapat kekeliruan yang tidak atau
sengaja. Juga teman-teman Mahasiswa yang telah membantu memberikan semangat
kuliah.
Kami mohon kritikan dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah ini, karna kami mengetahui bahwa makalah ini memang jauh dari sempurna.
Tapi kami yakin makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca dan penulis Tentunya.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum kita membicarakan Filsafat islam dan
pendidikan mari kita pelajari secara rinci dari masing-masing kosakata
tersebut.
Filsafat yaitu berfikir secara mendalam ke
akar-akarnya terhadap sesuatu demi mencari kebenaran yang hakiki dengan
menggunakan akal dan fikiran yang dilandasi oleh dalil-dalil Naqli dan Aqli.
Islam yaitu Agama yang di bawa Oleh Rosululloh
Muhammad SAW, yang memiliki kitab suci yaitu Al-Qur’an Alhakim. Sebagai sumber
dasar hukum ajaran islam dan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
serta sebagai Sumber Seorang Muslim dalam Berfilsafat.
Pendidikan yaitu usaha orang dewasa (mampu
melaksanakan dan memenuhi fungsi hidupnya secara tanggung jawab) untuk
mengalihakan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya
kepada generasi muda, agar dapat menyiapkan serta memenuhi fungsi hidupnya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa filsafat islam dan pendidikan adalah berfikir secara mendalam tentang
sistem filsafat dalam islam dan pendidikan dalam islam.
BAB II
HAKEKAT
KURIKULUM
Dalam
memahami hakekat kurikulum antara satu orang dengan orang lain atau satu pakar
dengan pakar lain akan berbeda. Pada hakekatnya kurikulum sama artinya dengan
kurikulum . Secara garis besar pengertian hakekat kurikulum dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
1.
Pengertian kurikulum menurut pandangan tradisional
Menurut Oemar
Hamalik kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid
untuk memperoleh ijazah. Menurut S. Nasution kurikulum diartikan sebagai mata
pelajaran yang diajarkan disekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap
tradsional ini masih banyak dianut sampai sekarang juga termasuk
Indonesia. Dari definisi kurikulum secara tradisional Nampak jelas bahwa adanya
kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk menyampaikan mata pelajaran
yang masih mengandung kebudayaan nenek moyang. Kurikulum juga diartikan secara
sempit hanya pada penyampaian mata pelajaran kepada anak didik.
2.
Pengertian menurut pandangan modern
Pada saat ini
kurikulum tidak hanya sebatas sebagai segala hal yang berhubungan dengan
pendidikan, tetapi sudah lebih luas lagi yaitu sebagai ajang politik, dan sudah
menjadi bekal para lulusan dalam menjawab tuntutan masyarakat.
Menurut Hilda
Taba dalam bukunya Curriculum Development, menuliskan “
Curriculum is, after all, a way of preparing young people to participate as
productive members of our culture” kurikulum adalah cara mempersiapkan
manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif sari satu budaya.[1]
J. Galen Saylor, dan William M. Alexander, “the curriculum
is the sun totral of school’s efforts to in fluence learning. Whether in the
classroom, on the playground, or out of school.” Jadi segala usaha sekolah
untuk mempengeruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolah, atau diluar sekolah termasuk kurikulum.[2]
B. Othenal Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores, “a sequence
of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining
children and yout in group ways of thinking an acting” kurikulum sebagai
sejumlah pengalaman yang secara potensional dapat diberikan kepada anak, yang
diperlukan agar mereka dapat berfikir dan berkelakuan sesuai dengan
masyarakatnya. [3]
Abd. Syukur
Ibrahim Solchan Basenang Saliwangi, memandang kurikulum sebagai suatu rencana
atau bahan tertulis yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaksana (guru)
sekolah dan juga sebagai program pendidikan serta dinyatakan dalam bentuk yang
lebih umum sifatnya.[4]
Alie Miel mengatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap orang-orang yang meladeni
dan diladeni sekolah, ialah si anak didi, masyarakat dan pendidik (termasuk
tukang kebun, juru tulis, juru rawat sekolah dan pegawai-pegawai sekolah yang
lain yang ada hubungannya dengan murid-murid).[5]
Donal F. Gay dalam Asnah Said merumuskan kurikulum adalah:
1. Kurukulum terdiri
atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis.
2. Kurukulum terdiri atas
pengalaman belajar yang direncanakan untuk membawa
perubahan perilaku anak.
3. Kurikulum merupakan disain
kelompok social untuk menjadi pengalaman belajar anak disekolah.
4. kurikulum terdiriatas
semua pengalaman anak yang mereka lakukan dan rasakan di bawah bimbingan
belajar.[6]
David
pratt, “curriculum, is organized set of formal educational and or training
intention”. Maksudnya kurikulum yaitu seperangkat organisasi
pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan. Kemudian membuat implikasi secara
lebih eksplisit tentang definisi yang dikemukakannya tersebut menjadi enam hal,
yaitu:
1. Kurikulum adalah suatu
rencana atau intentions, ia mungkin hanya berupa perencanaan (mental)
saja, tapi pada umumnya diwujudkan dalam bentuk tulisan;
2. Kurikulum
bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan atau rancangan kegiatan;
3. Kurikulum berisi
berbagai macam hal seperti masalah apa yang harus dikembangkan pada diri siswa,
evaluasi untuk menafsirkan hasil belajar, bahan dan perfalatan yang digunakan,
kualitas guru yang dituntut, dan sebagainya;
4. Kurikulum melibatkan
maksud atau pendidikan formal, maka ia sengaja mempro-mosikan belajar dan
menolak sifat rambang, tanpa rencana, atau kegiatan tanpa belajar.
5. sebagai perangkat
organisasi pendidikan, kurikulum menyatukan berbagai komponen seperti tujuan,
isi, system penilaian dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan atau dengan kata
lain, kurikulum adalah suatu system;
6. Pendidikan dan
latihan dimaksudkan untuk untuk menghindari kesalahpahaman yang terjadi jika
suatu hal dilalaikan. [7]
Menurut
Winarto, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mendefinisikan kurikulum
sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan tertentu (Burhan, tt. : 6). Abdul Qadir Yusuf dalam
kitabnya at-Tarbiyah wal Mujtami’ mendefinisikan kurikulum yang
artinya sebagai berikut:
“kurikulum
adalah sejumlah pengalaman dan uji coba dalam proses belajar mengajar siswa di
bawah bimbingan lembaga (sekolah)”[8]
Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal I
disebutkan bahwa: “kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar”. Mengandung unsur-unsur:
1. Seperangkat Rencana
Seperangkat
rencana, artinya bahwa di dalamnya berisikan berbagai rencana yang berhubungan
dengan proses pembelajaran. Namanya saja rencana bukan ketetapan, ini berarti
bahwa segala sesuatu yang direncanakan dapat berubah sesuai dengan situasi dan
kindisi (fleksibel).
2. Pengaturqan Mengenai Isi
dan Bahan Pelajaran
Bahan
pelajaran ada yang diatur oleh pusat (kurnas) dan oleh daerah setempat
(kurmulok)
3. Pengaturan cara yang
digunakan
Cara mengajar
yang dipergunakan ada berbagai system, misalnya; ceramah, diskusi, demonstrasi,
inquiri, membuat laopran portofolio dan sebagainya.
Dari berbagai
pendapat dan definisi hakekat kurikulum, menurut S. Nasution dapat diperoleh
penggolongan sebagai berikut:
a. Kurikulum
dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para
pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangakan dalam
bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya berisi sejumlah mata pelajaran
yang harus diajarkan.
b.Kurikulum
dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan
sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai
pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung
sekolah dan lain-lain.
c.Kurikulum
dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa,
yakni pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan
dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
d.Kurikulum
sebagai pengalaman siswa.
Dari berbagai
definisi dan pandangan para tokoh mengenai hakekat kurikulum, pemakalah dapat
menyampaikan bahwa hakekat kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik
disekolah maupun diluar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum
tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang
mempengaruhi peserta didik, dan bias menentukan arah atau mengantisipasi
sesuatu yang akan terjadi.
BAB III
PENUTUP
Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan hidayahnya, terima kasih kepada teman - teman
kelas yang selalu memberikan kritikan yang bersifat membangun, semoga kami bisa
menjadi yang terbaik dalam membuat makalah dan dalam mengaplikasikan pada
kehidupan kami.
Terima kasih
sekali kepada Ibu DR. Hj. Romlah, M.Ag yang
telah dengan sabar membimbing kami, dan semoga Ridlo dan kesabaran bapak selalu
menyertai kami.
Kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1].
http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009/05/desain-kurikulum-pai.html
[2] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Bandung:
Jemmars, 2001), hlm. &-10. Lihat Idi Abdullah, Pengembangan Kurikulum:
Teori dan praktik, (Jakarta: Griya Media Pratama, 1999), hlm. 4-5 (
[3] Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 16.
[4] Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum,
Jakarta : Bumi Aksara, 2006. hlm 2.
[5] Lihat Hendyat Soetopo dan Wastry Soemanto,
Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, edisi IV (Jakarta: Bumi Aksara, 1995,
hlm. 13}
[6] Khaerudin dkk, Kurikulum Tingkat, hal. 79
[7] Lihat Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 23/2006, Lampiran 3. Lihat Depdiknas, Standar Kompetisi Pendidikan
Agama Islam (Yogyakarta: LPMP, 2003), hlm. 8.
8 lihat Buku DR. H. Rahmat Raharjo,
M. Ag., Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, hal. 35}
bermanfaat mas, ijin copy,syukron
BalasHapusterimakasih untuk sharing ilmu . sya ingin menjadikan tulisan bapa sebagai acuan untuk jawaban soal ujian. mohon maaf jika lancang. semoga ilmu bapak bermanfaat...amin
BalasHapusAlhamdulillah Manfaat
BalasHapuskalo buat pengertian kurikulum tradisional menurut oemar hamalik taun berapa dan dalam buku apa yaa? dan menurut S. nasution juga taun berapa dalam buku apaa? terimakasih
BalasHapusPosting Komentar
Komentar Anda tidak merubah apapun...!